28 Februari, 2008

Wanita

Wanita
Di milis-milis ada banyak wanita. Condy adalah orang kedua di USA. Hillary
Clinton sedang berjuang untuk menjadi presiden USA.Maggy Tatcher pernah
jadi PM Inggris. Elisabeth masih memegang takhta keratuannya. Angela
Maerkel menempati posisi tertinggi di Jerman, sebagai counselor. Mother
Theresia pernah mendapat Nobel Prise. Lopez digandrungi karena
sexappealnya. Lady Di dikagumi karena cahritynya dan masih banyak bahkan
ratusan juta nama wanita yg tak tercantumkan di sini.

Wanita
Di tengah kesibukan saya di depan computer ini, bagaikan seorang ahli
teraphy anjing saya Grayi mengajak saya keluar untuk menghirup udara
segar dan menikmati matahari di awal musim semi. Kami berdua
meninggalkan ruang kerja. Kami melewati wanita yg sedang melap porselin
di pajangan ruang tamu di lantai bawah agar kelihatan lebih rapi dan
cantik. Ketika kami keluar ke halaman dari pintu belakang, saya melihat
seorang wanita, tetangga yg sedang bermain Bulu Tangkis bersama
putranya. Si ibu ini biasanya hanya muncul di rumah ini kalau Week End
sebab sepanjang masa sekolah, beliau ini mendampingi putra semata
wayangnya di rumah mereka yg lain dekat sekolahan si anak di down town.
Kini si Ibu dan si anak sedang bermain Bulu Tangkis sebab sekarang
adalah masa libur menjelang tahun baru di China.

Lebih jauh kami melangkah, beberapa wanita berseragam sedang menyapu di
taman demi keindahan dan kebersihan bagi penghuni Compound. Kamipun
meneruskan perjalanan kami. Sambil meloncat-loncat kegirangan, si Grayi
menuntun saya mengitari taman. Sekali-sekali kami dilewati mobil dengan
pengendara wanita menuju gate. Di luar gate ada seorang wanita yg selalu
nangkring di sana. Di sana dia menumpuk apa saja yg didapatnya. Dia
memisahkan karton dari plastik dan menempatkan botol-botol pada tumpukan
lain.

Tumpukan itu mengingatkan saya pada benda-benda yg sudah menghiasi
garasi kami. Ketika saya mendekat, kali ini wanita itu sedang terbaring.
Di atas beberapa lembar karton. Ia membaringkan tubuhnya, tertelentang,
menayambut hangatnya belaian matahari. Ia tertidur lelap oleh seribu
mimpi. Wajahnya nampak tenang memancarkan damai. Saya terpaksa
mengundurkan niat untuk memintanya, mendayung gerobaknya yang biasanya
digunakannya mengangkut "sampah" beliannya dari penghuni compound di
balik tembok di belangkangnya.

Wanita.
Masing-masing diciptakan oleh tangan yang sama. Masing-masing dicintai
oleh Penciptanya. Setiap wanita itu unik. Setiap wanita itu berarti.
Tetapi setiap wanita itu berbeda. Saya tdk lebih berharga dari si Ibu yg
sedang terbaring di trotoar di balik tembok dan juga tidak lebih hebat
dari si wanita yg melap poselin diruang tamu. Saya hanya punya
kesempatan yg berbeda. Siapakah yang membedakannya dan untuk apakah
semua perbedaan itu?

Saya sedikit enggan meluncurkan sepatu roda di trotoar yg menjadi tempat
pembaringan si Ibu itu. Mungkinkah gesekan roda itu akan memperindah
mimpi si ibu yg sedang menyaksikan konsert gesekan-gesekan senar Violin
atau sebaliknya membawa si ibu pada mimpi buruk yg dihiasi oleh gemuruh
pesawat tempur yg mengancam ketengannya.

Saya memutuskan untuk meninggalkan tempat itu. Kini Grayi (anjing
kecilku) ada dalam gendonganku. Sepatu rodaku meluncur memasuki compound
dibalik gate. Kami berpapasan dengan wanita muda yang mendorong bayinya
di kreta. Wanita bahahagia, yang melahirkan dan menyusui buah cinta
antara dia dan suaminya. Saya tersenyum mengenang kebahagiaan wanita itu.

Lamunanku tersentak oleh seorang wanita pengantar surat yang berpapasan
dengan kami sambil melempar sebyum berkata: "Ada paket buat anda!" Saya
menluncur mendekati sepeda wanita tersebut. Setelah mengucapkan
trimakasih saya membaca nama pengirim. Nama yang telah kuduga, nama ibu
mertuaku, yang hampir setiap minggu kalau bukan setiap hari mengirimkan
apa saja. Kadang itu hanya secarik berita dari majalah, kadang foto-foto
hasil jepretannya, kadang makanan kesukaan anaknya.

Wanita
Roslina Podico
(ditulis di beberapa milis, salah satunya di mediacare)

Tidak ada komentar: