13 Februari, 2008

Kerbau yang Sombong dan Dungu

(4)
29 Agustus 2002

DAHULU kala di sebuah hutan hiduplah seekor kerbau yang sombong dan dungu serta tidak disukai oleh binatang-binatang lainnya. Ia setiap pagi hari dengan congkak memamerkan bulu-bulunya yang halus kuning keemasan. Sambil berjemur pula, ia dengan sengaja membentur-benturkan tanduknya yang panjang ke pohon-pohon yang ada disekitarnya. Tak peduli burung-burung yang tengah bertengger di atas dahan. Tak sedikit burung-burung itu yang kesal karena ulah kerbau tersebut.

Si kerbau seakan tak pernah menghiraukan keluhan burung-burung itu. Ia hanya tertawa tanpa mau peduli. Sehingga kecongkakan kerbau semakin hari semakin jadi. Suatu hari diadakanlah rapat besar penghuni hutan, kecuali kerbau yang congkak. Dari sekian banyak usul, akhirnya keputusan diberikan kepada si kelinci yang dikenal cerdik untuk memberi pelajaran kepada kerbau sombong itu.

Kelinci pun mendatangi kerbau. Awalnya, si kerbau tak mau menanggapi kedatangan kelinci tersebut. Bahkan, si kerbau malah menghina dan menjelek-jelakan si kelinci.

"Mau apa kemari hai binatang kerdil. He he he..." ujarnya dengan congkak.

"Enggak. Aku hanya ingin melihat bulu dan tandukmu yang bagus pagi ini," kata kelinci.

Disebut demikian, si kerbau bertambah sombong. Sambil memutar-mutar badan dan kepalanya yang diangguk-anggukan hingga tanduknya mengenai pepohonan ia berjalan mendekati kelinci. Dalam benaknya, sebenarnya kelinci sudah muak sekali melihat tingkah kerbau.

"Lho kok bulu dan tandukmu itu kusam? Wah, itu suatu pertanda buruk. Jangan-jangan bulu-bulu halusmu itu sebentar lagi akan melepuh dan berganti jadi korengan. Apalagi tandukmu itu, sekarang kelihatan seperti berkarat," tutur kelinci sambil mengitari kerbau yang tampak masih terkejut mendengarnya.

"Masa sih? Padahal, tadi aku sudah mandi dan menggosoknya hingga bersih. Aduhh.. tolonglah kelinci bagaimana ini, aku tidak cantik lagi," ujar kerbau memelas meminta tolong kepada kelinci.

Merasa jebakannya mengena, kelinci pun pura-pura jual mahal. Hingga pada akhirnya, si kerbau pun memaksa kelinci untuk memberitahukan bagaimana agar bulu dan tanduknya kembali bersinar seperti sediakala. Merasa jebakannya mengena, sambil tersenyum penuh kemenangan kelinci memberikan sarannya kepada kerbau.

"Begini. Itu semua karena ulahmu sendiri yang sombong. Karena ulahmu itulah bulu dan tandukmu itu semakin hari menjadi buram," kata kelinci.

"Sekarang, pergilah ke tengah hutan. Berkubanglah ke dalam lumpur selama sebulan. Bila malam menjelang, jepitlah kedua tandukmu itu di antara pohon-pohon jati. Niscaya apa yang kamu inginkan akan terlaksana," papar kelinci sambil tak kuat menahan tawanya karena kedunguan kerbau.

"Baiklah kalau begitu. Aku ingin segera melihat sinar dari bulu-bulu emasku dan tandukku yang panjang serta memancarkan cahaya indah," ujar kerbau dengan nada sedih.

Lalu ia pun pamit kepada kelinci menuju ke tengah hutan seperti yang disarankannya. Ia tak menyadari dibalik pepohonan dan semak-semak puluhan mata binatang memperhatikannya sambil menahan tawa. Setelah kerbau itu tak terlihat, meledaklah tawa binatang-binatang hutan tersebut sambil mengelu-elukan nama kelinci.

Di tengah hutan, si kerbau telah menemukan genangan lumpur. Awalnya, ia ragu-ragu. Setelah berpikir beberapa saat, ia pun perlahan-lahan memasukan tubuhnya ke dalam lumpur tersebut. Berguling, ke kiri dan ke kanan, lalu merendam seluruh tubuhnya. Malamnya, kedua tanduk ia jepitkan ke batang pohon jati yang kokoh. Sehari, seminggu, sebulan hingga tibalah saatnya kerbau tersebut melihat hasilnya.

Betapa terkejut, setelah mendapati bulunya yang menjadi abu-abu seperti warna lumpur bukan kuning keemasan seperti yang diharapkannya. Bulu emas yang dulu dimilikinya kini tak ada lagi. Begitupun dengan tanduknya yang kini menjadi sangat pendek. Ia menangis sejadi-jadinya selama berhari-hari.

Malu bercampur kesal, akhirnya ia memutuskan untuk tidak pulang ke tengah hutan. Terus berjalan ke luar masuk desa dan hutan. Tak pernah menggubris binatang-binatang yang menyapanya. Dan itulah salah satu cerita asal muasal kenapa kerbau berwarna abu-abu dan termasuk binatang pemalas. Padahal kemalasannya itu sesungguhnya, ia merasa tertipu karena mendengar omongan kelinci. Oleh karenanya sejak saat itu ia tak mau mendengar omongon siapa pun, takut ditipu.

Tidak ada komentar: