13 Februari, 2008

Pelangi Isyarat Bagi Raja Langit

(7)
27 Oktober 2002

RAJA Langit memiliki tujuh orang puteri yang sangat cantik jelita. Ia begitu mencintai dan menyayangi ketujuh puterinya yang mulai beranjak dewasa. Ketujuh puteri itu diberi nama Merah, Jingga, Kuning, Hijau, Biru, Nila, dan Ungu. Masing-masing terpaut satu tahun. Kecuali Nila dan Ungu, kembar. Sang Raja Langit memberikan awan kepada masing-masing puterinya. Awan tersebut selain menjadi pengawal bagi ketujuh puterinya, juga menjadi kendaraan yang mengantarkan ke mana mereka pergi. Awan sangat setia kepada Raja Langit. Begitu pun dengan Angin yang senantiasa begitu setia, selalu menjaga dan memberikan kabar kepada Raja Langit. "Wahai Tuanku! Tuan puteri dalam bahaya, kiranya Raja Halilintar berniat buruk untuk menculik ketujuh puteri kesayangan Tuan. Berhati-hatilah, Tuan," ujar Angin memberi kabar kepada Raja Langit.
Sejak saat itu, Raja Langit yang didampingi Ratu Angkasa sangat khawatir akan keselamatan ketujuh puteri mereka. Oleh karena itu, keduanya melarang Awan untuk membawa puteri mereka bermain terlalu jauh dari Istana Mayapada. "Tapi, Ayah! Kami senang bermain ke Bumi. Di sana kami bisa bermain sesuka hati. Tolonglah Ayah-Bunda, sekali ini saja," pinta si sulung Merah yang diikuti keenam adik-adiknya.
Raja Langit dan Ratu Angkasa tak bisa berbuat banyak, akhirnya mengabulkan permintaan ketujuh puterinya. Dengan diantar oleh pengawal-pengawal perkasa dari pasukan Awan, ketujuh puteri itu menuju Bumi. Malang, di tengah perjalanan Raja Halilintar bersama pasukan terkuatnya berusaha menculik mereka. Berhasil, Awan bisa dilumpuhkannya satu persatu. Awan tak kuasa menahan suara sakti yang menggelegar dari Raja Halilintar. Mereka dapat dilumpuhkan pasukan Raja Halilintar. Ketujuh puteri itu pun diculik dan diboyong ke Istana Guntur. "Ha ha ha! Kini Aku akan segera menjadi Raja di Raja. Tujuh puteri diganti dengan kerajaan. Tinggal bersiap-siap menanti Raja Langit menyerah, bertekuk lulut. Ha ha ha," gelegar Raja Halilintar yang gemanya terdengar ke seantero jagad raya.
Raja Langit hendak menyerah demi ketujuh puterinya. Namun, atas saran Awan, Angin, Semesta Alam, dan Matahari, Raja Langit jangan menyerah. "Siapa tahu, besok atau lusa ada jalan keluarnya. Bukankah puteri kita dibekali mutiara Pelangi berupa warna dari masing-masing puteri yang akan terpancar dari tubuh selama mereka bersatu. Pelangi itu akan bersinar sebagai penunjuk arah bila mereka tersesat. Sekaligus juga sebagai pertanda kalau mereka masih hidup," hibur Ratu Angkasa sambil sesenggukan.
Raja Langit menangis berbulan-bulan untuk meratapi ketujuh puteri kesayangannya. Ia menangis selama enam bulan lamanya, terutama mulai dari Bulan September hingga Februari mengenang bulan kelahiran masing-masing puterinya. "Aku akan menangis selama enam bulan untuk mengenang ketujuh puteri kesayangannku. Jangan ada yang mengganggu. Sampai akhir hayatku, aku tak akan berhenti. Wahai Angin, Awan, Matahari dan Semesta Alam jagalah istana Mayapada ini selama dalam kesedihanku," ujar Raja Langit suatu ketika.
Sampai saat ini, hujan yang kerap kita rasakan adalah tak lain air mata dari sang Raja Langit yang meratapi ketujuh puterinya yang diculik Raja Halilintar. Usai hujan biasanya disusul dengan munculnya Pelangi yang tak lain adalah isyarat dari ketujuh puteri bagi sang Raja Langit. Seolah-olah isyarat itu menandakan bahwa mereka masih hidup dan masih ada dalam belenggu si Raja Halilintar.

Tidak ada komentar: