13 Februari, 2008

Pak Danu dan Empat Cebol

(2)
4 Agustus 2002

MALAM itu Pak Danu yang tua renta sudah kecapaian. Meski tidak memiliki anak, ia tetap rajin dan tekun menyelesaikan pakaian-pakaian pesanan atau membuat baju baru untuk dijual di kota kecil tempat mereka tinggal. Isterinya, Bu Damangsari yang juga sudah sama-sama tua senantiasa membantunya. Kadangkala, ia tampak terkantuk-kantuk berada di sisi Pak Danu.

"Bu, ayo kita pindah ke kamar. Kita tidur saja. Biar pakaian ini kita selesaikan besok pagi sebelum dijual," ujar Pak Danu sambil membangunkan isterinya.

Saking lelahnya, mereka pun langsung menuju kamar tidur. Tidak begitu lama, sudah tak terdengar lagi suara. Pak Danu dan Bu Damangsari terlelap tidur. Yang terdengar hanyalah suara dengkuran keduanya yang bersahutan. Tiba-tiba saja dari balik lemari besar di ruang kerja Pak Danu muncul empat orang cebol. Mata mereka berkeliling, setelah dirasa aman masing-masing mengambil peralatan kerja yang biasa dipakai Pak Danu. Keempatnya langsung menyelesaikan pakaian yang belum diselesaikan Pak Danu dan Bu Damangsari. Dalam sekejap saja, mereka berhasil menyelesaikan empat pakaian yang bagus. Keesokan harinya, Pak Danu sempat terheran-heran tapi ia sendiri tak mau ambil pusing.

Hari berikutnya, Pak Danu pun menyisakan pekerjaannya. Kali ini ia menyimpan dua pakaian pesanan yang belum selesai. Begitu ia dan isterinya tidur, empat orang cebol muncul dari balik lemari ruang kerja. Dalam waktu singkat keempatnya kembali menyelesaikan empat buah pakaian bagus-bagus.

"Bu! Bu! Kemari sebentar. Bukankah kita semalam meninggalkan dua baju yang belum kita selesaikan? Tapi kenapa kok sekarang sudah ada yang menyelesaikannya. Kemarin juga begitu, tapi saya pikir ibu yang menyelesaikannya," ujar Pak Danu terheran-heran.

Bu Damangsari yang sudah memperhatikan suaminya sedari tadi dan tengah membolak-balik empat buah baju yang bagus-bagus ikut heran. Begitulah, selama berhari-hari kedua orang tua itu setiap pagi selalu dikejutkan dengan adanya pakaian-pakaian bagus yang sudah siap dijual. Selain bagus, baju itu laris dijual dengan harga yang mahal. Sehingga Bu Damangsari bisa menyisihkan sebagian hasil penjualan tersebut.

Suatu malam, Bu Damangsari mengajak Pak Danu untuk mengintip, siapa gerangan yang mengerjakan pakaian bagus buat mereka selama ini. Malam itu, keduanya pura-pura pergi ke kamar tidur. Padahal bersembunyi dibalik gorden di ruang kerja. Mereka sempat terkejut ketika tiba-tiba saja dari balik lemari muncul empat orang cebol yang langsung mengerjakan semua pakaian yang biasa Pak Danu kerjakan. Dalam sekejap empat buah pakaian yang bagus sudah tergantung rapi dan empat orang cebol itu pun langsung menghilang dibalik lemari.

"Pak, saya sengaja beli empat pasang sepatu dari uang tabungan kita. Kasihan empat orang cebol itu tidak pakai sepatu. Ya anggap saja sebagai ucapan terima kasih dari kita."

Pak Danu setuju. Bu Damangsari pun meletakannya di atas meja kerja yang biasa dipakai Pak Danu. Pada malam itu, kembali keduanya mengintip dibalik gorden. Mereka tersenyum gembira saat melihat empat orang cebol itu muncul dan langsung mencoba sepatu yang sudah dibelikan Bu Damangsari.

"Wah! Sepatunya bagus. Sudahlah teman-teman, buat apa kita kerja lagi. Kita sudah punya sepatu. Selama ini, kaki kita selalu tertusuk duri atau paku. Sekarang bisa jalan-jalan ke luar kota," tutur cebol yang berbadan gendut dan berpipi gembil yang ternyata adalah pimpinan dari cebol-cebol itu.

Keempat cebol itu pun menghilang kebalik lemari, tidak mengerjakan pakaian seperti biasanya. Bu Damangsari dan Pak Danu kebingungan, tapi akhirnya pasrah. Mereka berdua pun harus bekerja kembali membanting tulang seperti sediakala. Memeras keringat. Keempat cebol itu tak pernah kembali.

Tidak ada komentar: