13 Februari, 2008

Puteri Deli dan Si Bongkok

(5)
24 September 2002

PUTERI Deli, anak semata wayang dari Raja Didong dari Kerajaan Mahaweri terkena penyakit aneh hingga wajahnya buruk. Raja dan permaisuri kebingungan. Permaisuri bermimpi, kelak putrinya itu
bisa sembuh bila dipersunting oleh seseorang yang putih dan suci hati serta jiwanya. Akhirnya, diputuskannya untuk menggelar sebuah sayembara bagi para pria yang bersedia menjadi isteri dari puterinya tersebut. Berbondong-bondonglah pria datang ke istana mulai dari pria yang tinggal di pedesaan atau dusun hingga ke pelosok negeri. Meski Raja yang sedikit congkak ini tidak membatasi siapa saja yang bisa menjadi suami dari puterinya itu, ia tetap memilih pria-pria yang tampan, gagah, anak bangsawan dan seorang pangeran yang untuk didahulukan. Dari ribuan pria yang sengaja dipilihnya, tak satupun dipilih oleh sang puteri. Cara memilih yang dilakukan oleh sang puteri adalah ia berada dalam sebuah kotak berukuran satu kamar kecil yang semua sisinya ditutup kain hitam. Lalu para pria itu datang mendekat. Sekira jaraknya sudah dekat, pria itu langsung disuruhnya bicara sepatah kata. Lalu sang puteri yang semakin hari wajahnya memburuk itu pun menyuruhnya pergi, tanda ia tak suka dengan pria tersebut. Berbeda bila sang puteri langsung menyuruhnya masuk ke dalam kotak tersebut, berarti ia setuju dipersunting olehnya. Ketika itu, diantara ribuan pria-pria gagah dan pangeran menyelinap seorang pria bongkok, bermata pecak sebelah dengan kaki diseret-seret. Tiba gilirannya mendekat ke kotak dimana sang puteri Deli berada. Semua mata memandang nyinyir terhadapnya. Tapi, setahubagaimana usai mengucapkan salam, si bongkok itu disuruh masuk ke dalam kotak. Suasana pun sempat kisruh. Sang puteri keluar dari kotak itu dan mengatakan bahwa pria bongkok itulah yang beruntung menjadi suaminya. Raja dan permaisuri tidak setuju. Keduanya murka, yang akhirnya mengusir sang puteri dari Kerajaan Mahaweri. Puteri Deli dibuang.
Sang puteri dibawa pulang oleh pria bongkok. Tiba di tengah hutan, sang puteri lapar. Ia minta makan kepada pria bongkok yang kini telah menjadi suaminya. "Apa yang kau kehendaki bisa terlaksana Tuan Puteri," ujarnya sambil komat-kamit.
Dalam sekejap tersedia makanan kesukaan Puteri Deli. Setelah selesai makan, keduanya melanjutkan perjalanan. Tiba didekat sebuah sungai besar, pria bongkok itu pun sedikit mengalami kesulitan. Begitupun Puteri Deli. Akhirnya, pria bongkok itu mengambil air suci di dalam kendi yang dibawanya, lalu di tempat yang bersih di bawah pohon yang rindang di tepi sungai ia berdoa dengan khusyu. Usai mengucapkan salam, wujud pria bongkok tersebut berubah menjadi seorang pria tampan. Bertubuh tinggi, tegap, dan gagah. "Saya Pangeran Putera Pertama dari kerajaan Djuhud di seberang sungai besar ini. Mari kita menyeberang," tuturnya seraya menengadahkan kedua tangannya lalu seketika itu dihadapan mereka membentang sebuah jembatan emas.
Mereka tinggal di sebuah istana nan megah. Bertahun sudah keduanya menjadi Raja dan permaisuri yang dicintai rakyat Djuhud. Wajah sang puteri pun kini telah berubah menjadi cantik jelita seperti semula. Namun di tengah kebahagiaan itu tersiar kabar, kerajaan Mahaweri hancur porak-poranda diserang kerajaan Barbar. Raja Didong dan permaisuri melarikan diri entah ke mana. Hingga tanpa dinyana keduanya sampai di Kerajaan Djuhud, mereka bermaksud minta pertolongan. Betapa terkejutnya ketika melihat permaisuri dari Raja Putera Pertama yang tak lain adalah Puteri Deli, anaknya. Mereka malu dan hendak pamit pergi, tapi Puteri Deli melarangnya. Raja Didong dan permaisuri menangis sejadi-jadinya, mereka meminta maaf atas kesalahan yang telah diperbuatnya. Anak dan orang tua itu pun saling memaafkan. Dalam tempo yang singkat Kerajaan Djuhud dapat menaklukan Kerajaan Barbar dan Kerajaan Mahaweri pun dikembalikan kepada Raja Didong.

Tidak ada komentar: