13 Februari, 2008

Dimah Sang Pahlawan

(9)
28 Desember 2002

KELUARGA Dimah tengah dirundung sedih. Pasalnya, mereka termasuk keluarga miskin di Desa Camari yang tidak memiliki kerbau untuk dikorbankan ke danau Stupa. Kerbaunya habis dijual untuk membiayai hidup sehari-hari akibat kemarau panjang yang tengah melanda selama berbulan-bulan. Dimah kebingungan karena takut kehilangan salah seorang anggota keluarganya sebagai ganti kerbau. "Pokoknya bulan Purnama yang menjelang kalau tidak ada kerbau, salah seorang anggota keluarga Pak Wiryo harus dikorbankan. Penduduk desa tidak mau menanggung akibatnya," ujar salah seorang tokoh di Desa Camari yang diamini seluruh warga desa.
Danau Stupa diyakini oleh nenek moyang warga Desa Camari memiliki kekuatan gaib. Dihuni oleh jutaan lintah yang ganas dan dalam waktu sekejap bisa menghilangkan siapa pun yang coba-coba masuk ke dalam danau. Pernah suatu kali, ada salah seorang penduduk yang tidak percaya akan kekuatan gaib dan lintah yang ada di danau tersebut. Lalu ia mencoba berenang dan mandi di danau itu. Dalam waktu sekejap, lenyap. Gemparlah seluruh Desa Camari. Ada yang menyebutnya penghuni danau marah akibat perbuatan salah seorang warga Desa Camari tersebut yang sompral. Hingga pada akhirnya diputuskan oleh para tokoh desa untuk memberikan pengorbanan dan sesuguh sebagai penghormatan kepada penghuni danau.
Desa yang dikenal makmur itupun sejak itu setiap tiga bulan sekali harus merelakan seekor kerbau untuk dikorbankan. Sebagai tumbal. Bergiliran, setiap keluarga kebagian. Namun, sejak kemarau panjang melanda Desa Camari tak sedikit keluarga yang jatuh miskin. Hingga tidak memiliki kerbau untuk dikorbankan. Sebagai gantinya, tak sedikit anak yang kehilangan ayah dan isteri kehilangan suami karena sebagai ganti kerbau, kepala keluarga mereka harus menanggung risikonya.
Setiap hari Dimah dan ayahnya, Pak Wiryo membanting tulang berusaha untuk mendapatkan upah yang kelak bisa dibelikan seekor kerbau. Tak kenal lelah, kadang malam pun tetap bekerja. Malang, Dimah jatuh sakit hingga tubuhnya lemah lunglai. Seorang tabib memberinya minum daun bratawali yang pahit. Sembuh.
Waktu pengorbanan tinggal seminggu lagi. Dimah menemukan ide, sekujur tubuhnya dilumuri ramuan daun bratawali lalu masuk ke dalam danau Stupa. Ia tidak apa-apa, malah ratusan lintah mati menggelepar-gelepar ketika mencoba untuk menghisap darahnya. Setiap hari Dimah membuat ramuan daun bratawali lalu melemparkannya ke danau Stupa, ribuan lintah mati.
Tiba saatnya hari yang dinanti tiba. Keluarga Pak Wiryo tengah bertangis-tangisan karena harus rela mengorbankan Pak Wiryo sebagai ganti kerbau, kecuali Dimah. Diam-diam ia telah melumuri sekujur tubuhnya dengan ramuan bratawali. Begitupun adiknya, Dinah. "Wahai warga Camari, perkenankan saya untuk menggantikan Pak Wiryo sebagai tumbal. Jangan dilarang!" teriak Dimah dari atas batu yang langsung menceburkan diri ke dalam danau.
Seluruh penduduk yang memadati danau Stupa terkejut. Mereka beberapa saat terdiam, kaku karena Dimah tidak timbul kepermukaan. Sesekali terdengar tangisan di sana-sini. Tiba-tiba saja, semua mata terpaku ketika melihat Dimah dengan tenangnya berenang ke sana-kemari di danau Stupa. "Jangan heran, lintah-lintah itu langsung mati bila menghisap darah saya. Bukan saya ahli sihir, tapi sebelumnya seluruh tubuh saya sudah dilumuri ramuan daun bratawali. Dan selama seminggu, saya sudah menebar ramuan itu ke sepanjang danau. Lambat laun, lintah-lintah itu binasa," teriak Dimah dari tengah danau.
Semua penduduk setengah tidak percaya dengan apa yang dikatakan Dimah. Tapi, setelah dijelaskan secara panjang lebar oleh Dimah akhirnya seluruh penduduk beramai-ramai membuat ramuan daun bratawali. Setelah itu beramai-ramai pula menebarkannya di sepanjang danau Stupa. Tidak sampai satu minggu danau pun terbebas dari lintah, warga pun bisa kembali memanfaatkan airnya untuk keperluan sehari-hari. Ada yang berenang, mandi, mencuci kain, dan lain sebagainya. Sedangkan Dimah, oleh penduduk Desa Cimari dianggap sebagai pahlawan karena telah berhasil meyakinkan mereka dengan ramuan bratawali membunuh lintah yang selama ini dianggap sebagai 'penghuni' Danau Stupa.

Tidak ada komentar: