13 Februari, 2008

Raja Malam dan Raja Siang

(8)
7 November 2003

SUATU ketika dua penguasa alam raya, Raja Malam dan Raja Siang bertengkar. Beradu mulut, sengit. Masing-masing tak mau mengalah, mempertahankan pendapatnya masing-masing. Sang Raja Malam dengan sombongnya menyebutkan bahwa lebih baik alam semesta raya gelap gulita. Semua makhluk bisa menikmati istirahatnya dengan nyenyak. Pun begitu, makhluk-makhluk akan senantiasa menyukai kegelapan ketimbang terang benderang alias siang hari. "Lihat, betapa semua makhluk bisa terlelap tidur. Istirahat diperaduan. Mereka tak perlu tergesa-gesa untuk melakukan semua aktivitasnya," ujar Raja Malam dengan nada sombong.
Raja Siang hanya termangu. Ia tak bisa menjawab sepatah kata pun ketika selama beberapa bulan alam semesta dikuasai sang Raja Malam. Namun begitu, ia pun mulai tersenyum manakala mendengar keluhan dari makhluk-makhluk penghuni di jagad raya. "Ternyata, para penghuni gelisah. Mereka tak tahan hanya duduk, istirahat, tidur, tidak bisa melakukan aktivitasnya seperti biasa. Karena gelap. Kalau pun bisa sebagian besar dari mereka tak bisa melihat di kegelapan," tutur Raja Siang mengejek.
Ia pun meminta Raja Bijaksana untuk memperkenankannya menguasai alam semesta raya. Seketika itu pula, jagad raya terang benderang. Semua penghuni alam semesta bersorak-sorai menyambut kehadiran Raja Siang. Mereka masing-masing langsung melakukan berbagai aktivitas. Seminggu, dua minggu, sebulan sudah alam semesta raya terang benderang terus. Segenap penghuni jagad raya kelelahan. Mereka terus melakukan kegiatan, mereka tak bisa beristirahat. Tubuhnya senantiasa bermandi keringat. Mereka merindukan, malam untuk berehat. "Wahai Yang Maha Bijaksana, bagaimana ini? Kami kepanasan, kelelahan, tak bisa istirahat. Kami tak sanggup kalau harus menghadapi siang terus. Kami perlu malam. Bagaimanakah ini wahai Yang Maha Bijaksana?" pinta para penghuni jagad raya.
Mendengar permohonan tersebut, Raja Malam tertawa mengejek Raja Siang. Tawa itu membuat Raja Siang kalap hingga nyaris terjadi keributan. Untung, Raja Bijaksana segera datang melerai keduanya. Hingga keduanya dipanggil. "Begini. Pada dasarnya satu hari itu terdiri atas 24 jam. Sekarang kita bagi dua. Setengah bagian untuk Raja Siang dan setengah bagian lagi untuk Raja Malam. Bagaimana? Jadi, masing-masing bisa menguasai jagad raya selama dua belas jam," ujar Raja Bijaksana.
Baik Raja Siang maupun Raja Malam belum bisa menerima. Mereka meminta waktu beberapa hari. Hingga pada kesempatan tersebut, keadaan jagad raya kacau balau. Kadang terang benderang, kadang gelap gulita. Semuanya tidak beraturan karena ulah dari prajurit-prajurit Raja Siang dan Raja Malam yang saling serobot. "Sudah! Tolong hentikan sifat kekanak-kanakan kalian berdua. Sekarang, menerima atau tidak usulan yang saya berikan? Kalau tidak....." tutur Raja Bijaksana setengah murka seraya mengepalkan tangannya yang berarti hendak menghancurkan keduanya.
Raja Siang dan Raja Malam gemetaran. Akhirnya baik Raja Malam maupun Raja Siang menerima usulan Raja Bijaksana. Keduanya, tersipu malu karena dengan usulan itu ternyata lambat laun para penghuni jagad raya mau menerima. Bahkan mereka menyambutnya dengan gempita. Keduanya pun akhirnya bersalaman, saling memaafkan. Mereka menyadari kekeliruannya. Hingga sekarang, Raja Siang dan Raja Malam selalu hadir menyambangi penghuni jagad raya sesuai aturan yang dikemukakan Raja Bijaksana. Jagad Raya pun tentram dan damai.

Tidak ada komentar: