13 Februari, 2008

Petani yang Cerdik

(10)
13 Januari 2003

SETIAP hari Pak tani bersama isterinya harus menggarap sawah dan kebun milik seorang saudagar kaya. Seperti hari itu, mereka berdua pagi-pagi sekali sudah pergi untuk bekerja. Di tengah jalan Pak Tani menyuruh isterinya untuk pergi terlebih dahulu, sementara dia akan mengecek kebun jagung di sebelah Selatan. Tiba-tiba kakinya tersandung hingga membuatnya terjatuh. Setelah diperiksa dan memeriksa apa yang membuat dirinya terjatuh. Ternyata sebuah peti besi. Penasaran, Pak Tani mencoba memeriksa lebih saksama. Ia menggalinya. Setengah tidak percaya, ia menemukan sekotak perhiasan emas. Tanpa sadar ia berjingkrak-jingkrak kegirangan sambil melempar-lempar perhiasan itu ke udara. Tapi, wajahnya berubah jadi sedih. Teringat perjanjian yang sebelumnya sudah disepakatinya antara dia dan saudagar kaya itu. Bila menemukan barang berharga di tanah milik saudagar berarti barang tersebut menjadi miliknya. Meskipun yang menemukannya adalah para pekerjanya. "Wah, gawat. Harus mencari akal. Saya bosan menjadi orang miskin. Bosan!" ujar Pak Tani pada dirinya sendiri.
Cukup lama ia berpikir untuk mencari jalan keluar agar perhiasan emas yang ditemukannya menjadi miliknya. Apalagi ia tahu meski ditutup-tutupi, isterinya tidak bisa menyimpan rahasia. Mulutnya tak bisa dijaga. Akhirnya, ia membawa sebagian perhiasan-perhiasan itu. Lalu ia pergi ke pasar membeli roti, ikan, donat, sepatu, baju, keju, dan sejumlah barang-barang kesukaannya. Kemudian ia menggantungkannya di pohon, sebagian ada yang disembunyikan dibalik bebatuan. "Pokoknya hari ini aku ingin makan enak," kata Pak Tani kepada dirinya sendiri.
Setelah selesai, ia menemui isterinya. Kebetulan, hari itu isterinya sudah menyelesaikan pekerjaan yang semestinya ia kerjakan. Ia mengatakan kepada isterinya, hari itu cukup melelahkan ia ingin makan enak. Maka diajaknya isterinya menuju kali untuk memancing. Diperjalanan, Pak Tani berteriak, "Isteriku lihat! Di pohon itu ada donat, roti, dan keju," teriaknya sambil setengah berlari.
Isterinya dengan semangat mengikutinya dari belakang sambil mengumpulkan makanan ke dalam keranjang kosong yang dibawanya. Pak Tani terus memetik dan mengumpulkan makanan yang tergantung di pohon. "Pak! Ternyata doa kita dikabulkan. Hari ini kita bisa makan enak, ayo kita pulang, Pak!" kata isterinya kegirangan.
"Sebentar, tujuan aku kan ingin makan enak pakai ikan salmon," seraya berjalan ke pinggir kali pura-pura memancing. Padahal ia mengambil 3 ekor ikan salmon yang disembunyikan di bawah batu besar. "Bu! Lihat, aku dapat tiga ekor salmon sekaligus," isterinya semakin menjadi-jadi kegirangan.
Berita pun cepat tersebar Pak Tani dan isterinya mendapatkan pohon yang berbuah aneka makanan dan ikan salmon yang besar-besar di pinggir kali. Saudagar kaya curiga, maka dipanggilah keduanya menghadap. Saat dimintai keterangan, isteri Pak Tani bercerita dengan berapi-api sedangkan Pak Tani yang berada di belakangnya menyilangkan telunjuk di dahinya. Saudagar manggut-manggut tanda memahami maksud dari Pak Tani. Sebaliknya, ketika Pak Tani dimintai keterangan, dari kejauhan isterinya berbuat serupa dengan yang dilakukan Pak Tani tadi. Saudagar kembali manggut-manggut, mengerti. Akhirnya, saudagar kaya itu pun hanya geleng-geleng kepala dan melepaskan Pak Tani beserta isterinya. Menganggap keduanya gila dan menganggap cerita orang-orang tentang mereka pun hanyalah isapan jempol belaka. Pak Tani yang mengetahui hal itu hanya tersenyum simpul, ia berhasil mengelabui saudagar kaya tersebut. Hingga ia dan isterinya memutuskan untuk berhenti bekerja dan akhirnya memiliki tanah sendiri. Pak Tani pun kini menjadi kaya raya.

Tidak ada komentar: