13 Februari, 2008

Pak Tua dan Sapu Terbang

(14)
12 Februari 2003

SAAT tengah beristirahat di salah satu awan, nenek sihir menyimpan sapu terbangnya di ujung awan. Menikmati semilir angin yang menerpa wajah dan tubuhnya, nenek sihir itu pun terkantuk-kantuk. Hingga akhirnya, tertidur. Tiba-tiba serombongan angsa berukuran besar menabraknya. Nenek sihir tetap tak bergeming meski badannya terseret dan dibawa terbang oleh rombongan angsa itu. Sapu terbangnya terjatuh, melayang-layang diudara jatuh di sebuah taman. "Gedubrak!" Seorang tua kaget mendengar suara sapu itu jatuh dan hampir menimpanya. Ia memandang ke langit, mencari-cari siapa yang menjatuhkan sapu yang dilihatnya sedikit aneh tersebut. Sambil berteriak, ia memanggil-manggil orang yang sengaja melempar sapu itu. "Hei, jangan seenaknya melempar sapu. Ayo, kalau berani tunjukan batang hidungmu," ujarnya sambil mengacung-acungkan sapu terbang ke udara.
Pak tua itu terus mencari-cari. Hingga akhirnya ia putuskan untuk melemparkan sapu itu jauh-jauh. Keanehan terjadi, saat dilempar ke udara sapu itu kembali. Bahkan malah nyaris menabrak tubuhnya. Untung Pak Tua cepat menghindar dan meraihnya. Lalu ia melemparnya jauh ke jurang. Setelah merasa sapu itu benar-benar jatuh ke dasar jurang Pak Tua berbalik dan melangkah untuk pergi. Baru juga melangkah, dari arah belakang sekonyong-konyong pantatnya disodok oleh sapu terbang itu. "Duk!" Pak Tua terjatuh. Ia pun mengejar sapu yang terus terbang rendah seakan mengejek dirinya. Lama ia berlari mengejar-ngejar sapu tersebut, hingga akhirnya sapu itu bisa ditangkapnya. "Aneh? Sapu ini kok bisa terbang?" kata Pak Tua pada dirinya sendiri. "Jangan-jangan, sapu ini milik nenek sihir. Tapi, kalau ini punya nenek sihir di mana dia?" lanjutnya bingung sendiri.
Lama Pak Tua mengamati sapu yang menurutnya aneh itu. Dielus-elus, sesekali ia ketukan ke tanah sambil bergumam, "Abrakadabra!" Tapi, tidak ada reaksi apa-apa. Pak Tua tersenyum sendiri. Akhirnya, Pak Tua ingin mencoba sapu itu di tengah taman. Setelah tengok kanan-kiri tidak ada siapa-siapa, ia pun pelan-pelan mencoba menaiki sapu itu. Pak Tua mengambil ancang-ancang, lalu "Wuusshh...gedubrak!" Pak Tua meringis kesakitan terjatuh dari sapu yang melesat terbang dan menancap di batang pohon sedangkan dirinya jatuh tersungkur. Sambil mengumpat-umpat kecil, Pak Tua berusaha mengambil sapu terbang itu.
Ia pun mencari akal agar dirinya tidak jatuh dari sapu terbang. Ia mencari tali, lalu diikatkanlah badannya ke sapu terbang hingga benar-benar ikatannya kencang. Sayang, ia lupa kakinya ikut diikat hingga tak bisa mengambil ancang-ancang untuk berlari. Belum sempat ia membuka ikatan tali tersebut, terdengar siulan yang memekakan telinga. Sapu terbang melesat terbang tinggi ke udara. Pak Tua terkejut bukan kepalang, ia memegang erat gagang sapu sekuat tenaga. Malang, kepalanya sempat terbentur batang pohon, ia pun jatuh terguling-guling hingga tak sadarkan diri. Ketika tersadar, ia mencoba menceritakan kepada teman-temannya apa yang dialaminya bersama sapu terbang. Sayang tidak ada yang percaya, karena Pak Tua itu kerap sering berbohong.
Sementara itu, nenek sihir baru terbangun dari tidurnya di atas sebuah puncak gunung yang tinggi. Ia memanggil-manggil sapu terbang kesayangannya yang setahubagaimana seketika itu sudah ada dalam genggamannya.

Tidak ada komentar: