28 Februari, 2008

Materialisme Merusak Anak-anak

Rabu, 27 Februari 2008 | 19:27 WIB
LONDON, SELASA - Di negara-negara modern, fenomena komersialisme dan materialisme tampaknya sudah mengakar dalam berbagai segi kehidupan. Di Inggris misalnya, kebanyakan anak-anak - terutama dari keluarga berkecukupan- terjebak materialisme, sehingga gejala itu dikhawatirkan merusak kondisi kejiwaan mereka.

Seperti yang diungkap dari survei GfK NOP baru-baru ini, sekitar 89 persen orang dewasa di Inggris mempercayai bahwa anak-anak di jaman sekarang lebih materialistis ketimbang anak-anak jaman sebelumnya. Polling yang melibatkan 1.225 orang dewasa ini merupakan salah satu dari dari penelitian besar tentang anak-anak yang digelar di Inggris.

Menurut Children Society, salah satu LSM anak terbesar di Inggris, yang mengagas penelitian ini, orang dewasa seharusnya bertanggung jawab atas fenomena meningkatnya materialisme di kalangan anak-anak.

¨Sebuah pertanyaan penting muncul dari penelitian, yaitu apakah masa anak-anak seharusnya menjadi sebuah masa di mana pikiran bisa berkembang dan bebas dari teknik penjualan. Menuduh anak-anak menjadi materialistik dalam budaya seperti ini adalah tidak bertanggung jawab,´ ujar chief executive Children Society, Bob Reitemeier seperti dikutip BBC, Rabu (27/2).

Materialisme sendiri dikenal sebagai faham atau sistem berpikir yang meyakini materi sebagai satu-satunya keberadaan yang mutlak dan menolak keberadaan apapun selain materi. Di Inggris , pasar atau market produk untuk anak-anak diperkirakan bernilai 30 miliar poundsterling.

Sementara itu, chief executive National School Partnership, Mark Fawcett, berpandangan lain soal materialisme. Ia meyakini, masyarakat tak akan bisa melindungi anak-anak dari dunia nyata.

¨Kita harus hidup dalam era komunikasi saat ini di mana anak-anak dapat melihat informasi yang begitu deras. Kita harus menggunakan penilaian kita, dan sebuah sebagai industri, pastikan bahwa kita bekerja dengan anak-anak dan keluarga serta tidak mengeksploitasi mereka,¨ ungkap Fawcett.

Temuan tentang gaya hidup komersil ini merupakan bagian dari enam rangkaian penelitian yang dipublikasikan Children Society untuk menyelidiki masalah anak-anak di Inggris. Penelitian ini juga didukung dengan pandangan dari para akademisi, pemuka agama, komunitas, guru, pemerintah lokal dan penulis.

Dr Rowan Williams, yang memimpin penyelidikan ini mengatakan ¨Anak-anak seharusnya terdorong untuk menilai dirinya sendiri, menilai siapa mereka sebagai masyarakat bukan dari apa yang mereka miliki. Memperkenalkan gaya hidup kepada anak-anak akan menciptakan sebuah budaya persaingan materi dan memicu individu yang tamak yang mengakibatkan hilangnya prinsip komunitas dan kerjasama.¨

Sementara itu salah satu anggota panel penelitian, Professor Philip Graham Emeritus, dari bagian Psikiater Anak Institute Child Health of London memperingatkan bahwa tekanan komersialisme terhadap anak-anak dapat menimbulkan pengaruh buruk secara kejiwaan.

¨Salah satu faktor yang paling menonjol dalam meningkatkan masalah kesehatan jiwa adalah meningkatnya anak dan remaja yang terikat dengan barang, mode atau pakaian terbaru atau barang elektronika. Bukti di AS dan Inggris mengindikasikan bahwa mereka yang terpengaruh oleh tekanan komersialisme juga menunjukkan rata-rata problem kejiwaan,¨ papar Graham.

Survei Gfk NOP sendiri menunjukkan, mayoritas (90%) orang dewasa Inggris berpendapat bahwa iklan tentang produk anak-anak selama Natal menyebabkan para orang tua tertekan untuk mengeluarkan biaya melebihi batas kemampuannya. Enam persen dari responden mengaku percaya bahwa harga diri anak-anak dan remaja rusak karena gambaran negatif dari kelompok usia mereka di media.

Dalam survei, kebanyakan wanita (63%) cenderung menganggap media ikut bertanggung jawab atas fenomena rusaknya mental pada anak-anak. Sementara pria hanya 56 persen saja.

Sebanyak 69 persen dari responden juga beranggapan video game berbau kekerasan membuat anak-anak lebih agresif. Mayoritas orang dewasa menyatakan setuju bahwa pemerintah seharusnya melarang iklan makanan yang tidak sehat.

Riset ini merupakan yang tahap keempat dari rangkaian penelitian anak. Penelitian sebelumnya mengenai teman, keluarga dan pembelajaran. Penelitian pertama, yang dipublikasikan Juni 2007 menunjukkan kecemasan orang dewasa tentang dunia modern telah membatasi kebebasan anak-anak untuk bermain dengan teman-temannya.

Dalam 12 bulan ke depan, panel peneliti akan bertemu untuk melanjutkan riset tahap berikutnya. Sementara laporan akhir akan diumumkan pada 2009.

AC
sumber: kompas.com

Tidak ada komentar: