07 Oktober, 2009

Tujuh

1
hujan
memang mungkin sudah musimnya
tapi, bagiku tetesannya terasa bagaikan tetesan air mata kesedihan
tetesannya berbunyi doa
begitu syahdu, menyayat-nyayat sembilu
adakah itu benar adanya duhai dinda juwita nan jauh di sana?
sebait kata jadi doa di tengah hujan kota Jakarta



2
aku berdiri di depan jendela
menatap hampa, hujan yang tak kunjung reda
sesaat, wajahmu menghias kaca
tersenyum sambil melambai-lambaikan tangan
perasaan kanda tak menentu jua
hinga separuh jiwa, terasa hilang diraga
teringat masa dimana cinta berbalut mesra
tersulam di hati nan lara
sudah lah
itu hanya fatamorgana
yang tak akan pernah berwujud nyata
ya
fatamorgana!



3
bersamamu, akulah sang pujangga
yang tak pernah kehabisan kata-kata
memilah, memilih, mengukir, dan menghias kata jadi kalimat yang indah merasuk sukma
sungguh
lama nian kanda tak berpujangga
kaena menahan rasa yang tak kuasa dirangkai jadi kata
semua terasa sirna
benar adanya
setelah masa itu membenamkan cinta di kedalaman duka yang merana
kini cahaya itu kembali bersinar
bersama datangnya
sang Maha Mendengar


4
aku masih di sini
berdiri di depan jendela
lantai 3, berapa kali lipatnya untuk menjadi 16
hujan tlah reda
tinggal gerimis tersisa
isi kepalaku masih terisi gambar-gambar indah berwarna kelam
sayup-sayup namaNya terdengar
seakan menegur
entah apa maksudnya
cintaku, mari berdiri di belakangku setelah berwudlu
di depan jendela, menghadap kiblat
ashar tlah tiba
Allahu Akbar!!



5
3 dan 16
analogi yang sederhana sebuah pencapaian hidup
atau apa pun itu, termasuk cinta
tidaklah mudah bagi angka 3 untuk menjadi angka 16
harus melewati empat kali lipatnya
itu pun tak cukup
harus ditambahkan 4 yang memiliki makna penjuru mata angin
timur, barat, selatan, dan utara
dapat dibayangkan
betapa dahsyatnya cinta yang telah kau dapatkan?
bersyukurlah
kau tak perlu berdiri di lantai 3
selain memang takdirmu bukan di situ
karena kini kau telah memiliki lantai yang lebih tinggi daripadanya
dalam semua pencapaian cintamu


6
hari ini aku hanya ingin di sini saja
diam dalam dekapan hujan
bersama sejuknya angin yang selalu tersenyum
menjamah setiap jengkal waktu
meski gundah berlapis gelisah
terus berbaris dihari-hari
mencari makna disetiap kerlingan sinar mentari yang tertutup awan
asyik nian aku bermain dengan sang khayalan



7
aku ingin pulang
ke tempat dimana aku tak bisa pergi lagi

aku ingin pulang
ke tempat dimana rindu itu bisa berlabuh

aku ingin pulang
ke tempat dimana benci berganti cinta

aku ingin pulang
ke tempat hati dan jiwaku bisa tenang

aku ingin pulang
ke tempat cinta tak bisa berdusta

aku ingin pulang
ke tempat dimana asmara begitu memesona

aku ingin pulang
kepelukan bulan sang raja malam

aku ingin pulang
ke tempat kekasihku yang dulu hilang

aku ingin pulang
kepangkuan dindaku sayang

aku ingin pulang
ke dalam dekapan tengah malam

aku ingin pulang

aku

ingin

pulang

entah...






Jakarta, 7 Oktober 2009

Tidak ada komentar: