14 Oktober, 2009

Penyimpangan Psikoseksual itu ada...

ADANYA kejanggalan di luar yang lazim dianggap sebagai kelainan. Begitu pula perilaku seksual, banyak di lingkungan seputar kita dapat dijumpai penderita parafilia (kelainan psikoseksual) yang disebut voyeurism, pengidap gangguan psikoseksual. Secara general, Penyimpangan seksual adalah aktivitas seksual yang ditempuh seseorang untuk mendapatkan kenikmatan seksual dengan tidak sewajarnya.

Dalam bukunya berjudul "Seks" dr. Hanny Ronosulistyo, Sp.O.G.,M.M. menyebutkan penyimpangan atau kelainan seks merupakan perilaku yang tidak wajar yang dilakukan seseorang untuk memuaskan hawa nafsunya. Ada sejumlah perilaku yang termasuk ke dalamnya.

Di antaranya masturbasi, analseks (sodomi), gay dan lesbi, biseksual, masokis (membiarkan dirinya disakiti untuk memperoleh kepuasan seksual), sadis (lawan dari masokis, menyakiti pasangannya untuk mendapatkan kepuasan), necrofil (puas dengan menyetubuhi mayat), exhibitionis (merasa puas jika memperlihatkan kemaluannya kepada orang yang justru tidak ingin melihatnya), voyeurism (puas jika melihat yang telanjang), troilis atau triolis (melakukan hubungan intim bersama-sama /lebih dari sepasang, sehingga bisa saling menyaksikan), transvestis (mendapat kepuasan jika memakai pakaian lawan jenis), transeksualis (menginginkan perubahan jenis kelamin), pedofilia (merasa puas jika berhubungan dengan anak-anak, ********** (puas jika melakukan hubungan dengan binatang), zoofilia (cinta yang abnormal kepada binatang), fetihisme (puas jika meraba benda-benda tertentu), frotage (puas jika meraba-raba orang yang disenangi), saliromania (puas jika mengotori badan atau pakaian wanita), gerontoseksuality (pria yang puas jika berhubungan dengan wanita berusia lanjut) dan incest (berhubungan dengan keluarga dekat).

Jika orang yang memiliki kelainan berumahtangga dan pasangannya tidak nyaman dengan perilaku menyimpang tersebut, tentu saja akan menimbulkan masalah. Bahkan bisa dikategorikan terjadinya kekerasan seksual. Terutama jenis penyimpangan analseks/sodomi, dan sadis.

Kelainan seksual berbeda dengan apa yang dinamakan variasi, oral seks misalnya. Kendati demikian setiap orang memiliki persepsi berbeda dalam masalah ini. Sebagian menyatakan boleh, sebagian menyatakan tidak boleh.

Jika pasangan tidak mau melakukannya, itu namanya pemaksaan dan jika terjadi, ini berarti tercipta kekerasan seksual. Namun selama pasangan sama-sama nyaman dengan kondisi kedua belah pihak, maka kelainan seksual ini tidak menjadi masalah. Misalnya lelaki penyiksa (sadis) bertemu dengan perempuan yang juga menikmati siksaan itu (masokis). Permasalahan akan muncul jika salah satu dari pasangan merasa tidak nyaman dengan kondisi hubungannya. Masalah kebutuhan seksual harus memuaskan kedua belah pihak.

Diakui, sulit mendeteksi apakah seseorang memang memiliki kelainan seksual atau tidak. Sulit untuk melihat perilaku seksual seseorang, kecuali pasangannya sendiri tentu saja. Namun kebanyakan yang melakukan hal tersebut adalah mereka yang mempunyai sifat antisosial. Mereka yang memiliki sifat ini pun bukan berarti dia menarik diri dari lingkungannya. Mereka pandai menyembunyikannya. Bisa saja dia memang kelihatan luar biasa jahatnya, namun sebaliknya orang semacam ini juga bisa sangat terlihat baik, juga santun.

Pada beberapa pasangan, sering seorang istri akhirnya menerima perlakuan suami. Bukan karena dia suka atau ikhlas melainkan karena agama mengharuskan dia menurut kepada suaminya. Dalam pandangan psikologis, ini tidak benar. Yang didapat bukan saya oke kamu oke, tapi kamu nikmat saya menderita. Yang sering terjadi pada kasus ini, sekian tahun lamanya akhirnya istrinya tidak lagi melayani suami dengan cara seperti itu. Ujung-ujungnya terjadi pertikaian dan perceraian.

Sebaiknya seorang istri segera melakukan tindakan untuk membantu suaminya mengatasi kelainan seksualnya begitu melihat gejala-gejala awal. Langkah pertama dengan mencari tahu latar belakang suami yang mungkin berakibat pada gangguan psikis. Lalu upayakan agar suami mau dibawa konseling. Umumnya baik laki-laki maupun perempuan yang memiliki devisiasi seksual ini memiliki trauma-trauma dalam kehidupannya sebelum menikah.

Biasanya ada latar belakang dan umumnya mereka datang dari keluarga broken home. Broken home di sini bukan berarti keluarga yang tercerai berai karena perceraian saja, tetapi lebih pada visualisasi yang pernah ia saksikan pada keluarganya.

Mungkin dia pernah melihat ibunya disiksa oleh ayahnya atau sebaliknya. Bisa juga perlakuan kasar yang diterimanya dari orang tuanya.

Terjadinya masalah pelecehan seksual di masa kecil juga bisa berpengaruh pada perilaku seksualnya kelak. Seorang anak laki-laki yang pernah dilecehkan secara sodomi, mungkin akan membalaskan dendam kepada orang lain yang berujung dia mendapatkan kepuasannya melalui cara itu. Selain itu, tayangan media juga berpengaruh besar terhadap perilaku seseorang. Mereka yang mengidap kelainan seks bukan harga mati untuk seumur hidupnya. Kelainan ini bisa disembuhkan, namun tentu saja dengan proses yang panjang. Terapi yang digunakan biasanya dengan Terapi Behaviour. Psikolog akan mencoba mencari latar belakang penyebabnya, bisa dengan cara hipnosa atau lainnya. Dari sana akan digali trauma-trauma apa saja yang ada. Lalu kita susun kembali untuk memulihkan harga dirinya.

Perilaku penyimpangan psikoseksual itu banyak macamnya, lebih baik kita memiliki referensi yang memadai mengenai hal ini. Dan mungkin berguna untuk menyelamatkan keluarga, diri sendiri ataupun lingkungan dari bahaya yang mengancam ini!

Homoseksual
Homoseksual merupakan kelainan seksual berupa disorientasi pasangan seksualnya. Disebut gay bila penderitanya laki-laki dan lesbi untuk penderita perempuan. Hal yang memprihatinkan disini adalah kaitan yang erat antara homoseksual dengan peningkatan risiko AIDS. Pernyataan ini dipertegas dalam jurnal kedokteran Amerika (JAMA tahun 2000), kaum homoseksual yang "mencari" pasangannya melalui internet, terpapar risiko penyakit menular seksual (termasuk AIDS) lebih tinggi dibandingkan mereka yang tidak.

Sadomasokisme

Sadisme seksual termasuk kelainan seksual. Dalam hal ini kepuasan seksual diperoleh bila mereka melakukan hubungan seksual dengan terlebih dahulu menyakiti atau menyiksa pasangannya. Sedangkan masokisme seksual merupakan kebalikan dari sadisme seksual. Seseorang dengan sengaja membiarkan dirinya disakiti atau disiksa untuk memperoleh kepuasan seksual.

Ekshibisionisme
Penderita ekshibisionisme akan memperoleh kepuasan seksualnya dengan memperlihatkan alat kelamin mereka kepada orang lain yang sesuai dengan kehendaknya. Bila korban terkejut, jijik dan menjerit ketakutan, ia akan semakin terangsang. Kondisi begini sering diderita pria, dengan memperlihatkan penisnya yang dilanjutkan dengan masturbasi hingga ejakulasi.

Voyeurisme
Istilah voyeurisme (disebut juga scoptophilia) berasal dari bahasa Prancis yakni vayeur yang artinya mengintip. Penderita kelainan ini akan memperoleh kepuasan seksual dengan cara mengintip atau melihat orang lain yang sedang telanjang, mandi atau bahkan berhubungan seksual. Setelah melakukan kegiatan mengintipnya, penderita tidak melakukan tindakan lebih lanjut terhadap korban yang diintip. Dia hanya mengintip atau melihat, tidak lebih. Ejakuasinya dilakukan dengan cara bermasturbasi setelah atau selama mengintip atau melihat korbannya. Dengan kata lain, kegiatan mengintip atau melihat tadi merupakan rangsangan seksual bagi penderita untuk memperoleh kepuasan seksual. Yang jelas, para penderita perilaku seksual menyimpang sering membutuhkan bimbingan atau konseling kejiwaan, disamping dukungan orang-orang terdekatnya agar dapat membantu mengatasi keadaan mereka.

Fetishisme
Fatishi berarti sesuatu yang dipuja. Jadi pada penderita fetishisme, aktivitas seksualnya disalurkan melalui bermasturbasi dengan BH (breast holder), celana dalam, kaos kaki, atau benda lain yang dapat meningkatkan hasrat atau dorongan seksual. Sehingga, orang tersebut mengalami ejakulasi dan mendapatkan kepuasan. Namun, ada juga penderita yang meminta pasangannya untuk mengenakan benda-benda favoritnya, kemudian melakukan hubungan seksual yang sebenarnya dengan pasangannya tersebut.

Triolisme
Triolisme adalah orang yang menderita kelainan seksual ini merasa mendapatkan kepuasan seksualnya bila ada orang lain yang melihat ketika ia melakukan hubungan seksual bersama pasangannya. Kadang bisa terjadi antara seorang perempuan dengan tiga laki-laki.

Frotteurism
Pengidap penyakit ini mendapat kepuasan seksualnya dengan cara menggosok-gosokkan alat kelaminnya ke tubuh perempuan di tempat umum, seperti di bus atau kereta.

Necrophillia
Necrophilia adalah hubungan seksual yang dilakukan dengan mayat. Mayat dianggap sebagai objek seksual yang tidak dapat melawan atau menolak keinginannya dalam berhubungan.

Parafilia
parafilia (penyimpangan gairah) dalam bentuk yang sangat berat merupakan penyimpangan dari norma-norma dalam hubungan seksual yang dipertahankan secara tradisional, yang secara sosial tidak dapat diterima.

Ciri utama dari parafilia adalah:
- khayalan atau perilaku yang merangsang seksual yang dilakukan secara berulang-ulang dan sangat kuat, yang melibatkan obyek tertentu (misalnya sepatu, baju dalam, bahan kulit atau karet)
- menimbulkan penderitaan dan nyeri pada seseorang atau pasangannya
- melakukan hubungan seksual dengan orang yang tidak menginginkannya (anak-anak, orang yang tidak berdaya atau ***********).

Biasanya mulai timbul pada akhir masa kanak-kanak atau mendekati masa pubertas, dan sekali muncul, biasanya akan terus menetap seumur hidup.

Parafilia bisa terjadi dalam bentuk fetihisme, transvestisme, pedofilia, eksibisionisme, voyeurisme, masokisme atau sadisme. Sebagian besar penderita adalah pria, dan banyak yang menderita lebih dari 1 jenis parafilia.

Pedofilia
Pedofilia adalah kelainan seksual berupa hasrat ataupun fantasi impuls seksual yang melibatkan anak di bawah umur. Orang dengan pedofilia umurnya harus di atas 16 tahun, sedangkan anak-anak yang menjadi korban berumur 13 tahun atau lebih muda (anak pre-pubertas). Dikatakan pedofilia jika seseorang memiliki kecenderungan impuls seks terhadap anak dan fantasi maupun kelainan seks tersebut mengganggu si anak.

Penyebab dari pedofilia belum diketahui secara pasti. Namun pedofilia seringkali menandakan ketidakmampuan berhubungan dengan sesama dewasa atau adanya ketakutan wanita untuk menjalin hubungan dengan sesama dewasa. Jadi bisa dikatakan sebagai suatu kompensasi dari penyaluran nafsu seksual yang tidak dapat disalurkan pada orang dewasa. Kebanyakan penderita pedofilia menjadi korban pelecehan seksual pada masa kanak-kanak.

Pedofilia dapat diklasifikasikan ke dalam 5 tipe, yaitu
:

1. Pedofilia yang menetap


Orang dengan pedofilia tipe ini, menganggap dirinya terjebak pada lingkungan anak. Mereka jarang bergaul dengan sesama usianya, dan memiliki hubungan yang lebih baik terhadap anak. Mereka digambarkan sebagai lelaki dewasa yang tertarik pada anak laki-laki dan menjalin hubungan layaknya sesama anak laki-laki.

2. Pedofilia yang sifatnya regresi


Di lain pihak, orang dengan pedofilia regresi tidak tertarik pada anak lelaki, biasanya bersifat heteroseks dan lebih suka pada anak perempuan berumur 8 atau 9 tahun. Beberapa di antara mereka mengeluhkan adanya kecemasan maupun ketegangan dalam perkawinan mereka dan hal ini yang menyebabkan timbulnya impuls pedofilia. Mereka menganggap anak sebagai pengganti orang dewasa, dan menjalin hubungan layaknya sesama dewasa, dan awalnya bersifat tiba-tiba dan tidak direncanakan.

3. Pedofilia seks lawan jenis


Pria dengan pedofilia yang melibatkan anak perempuan, secara tipik didiagnosa sebagai pedofilia regresi. Pedofilia lawan jenis umumnya mereka menjadi teman anak perempuan tersebut, dan kemudian secara bertahap melibatkan anak tersebut dalam hubungan seksual, dan sifatnya tidak memaksa. Seringkali mereka mencumbu si anak atau meminta anak mencumbunya, dan mungkin melakukan stimulasi oral, jarang bersetubuh.

4. Pedofilia sesama jenis

Orang dengan pedofilia jenis ini lebih suka berhubungan seks dengan anak laki-laki ataupun anak perempuan dibanding orang dewasa. Anak-anak tersebut berumur antara 10 – 12 tahun. Aktivitas seksnya berupa masturbasi dengan cara stimulasi oral oleh anak-anak tersebut, dan berhubungan lewat anus.

5. Pedofilia wanita

Meskipun pedofilia lebih banyak oleh laki-laki, tetapi juga dilakukan oleh wanita, meskipun jarang dilaporkan. Hal ini mungkin disebabkan oleh adanya perasaan keibuan pada wanita. Dan anak laki-laki tidak menganggap hal ini sebagai sesuatu yang sifatnya negatif, karenanya insidennya kurang dilaporkan. Biasanya melibatkan anak berumur 12 tahun atau lebih muda.

Bahaya Pornografi via Internet
Sekitar 97 persen anak mengaku sudah pernah mengakses situs porno di internet, baik situs lokal maupun asing yang masuk kategori terlarang untuk anak usia kurang dari 15 tahun. Berdasarkan penelitian terbatas yang dilakukan Jejak Kaki Internet Protection di Jakarta sekitar satu bulan lalu, sekitar 97 persen anak usia antara 9-14 tahun mengaku sudah pernah mengakses situs porno di internet

Menurut dia, hingga saat ini lebih dari 1100 situs lokal terlarang ditemukan di dunia maya. Situs terlarang itu terdiri dari situs kalimat-kalimat porno berbahasa Indonesia dan Melayu, 200 situs foto porno yang menampilkan orang-orang Indonesia, 200 situs kategori nonpornografi yang mengandung kekerasan, judi, dan kegiatan negatif lainnya, serta 100 situs domain dengan nama potensial yang biasa dipakai situs terlarang.

Psikolog Ike R Sugianto mengatakan, efek psikologis pornografi dari internet bagi anak sangat memicu perkembangan kelainan seksual mereka. Ia menambahkan, anak yang mengenal pornografi sejak dini akan cenderung menjadi antisosial, tidak setia, melakukan kekerasan dalam rumah tangga, tidak sensitif, memicu kelainan seksual, dan menimbulkan kecanduan mengakses internet terutama pada situs game dan porno.

Berbagai variasi games komputer kadang luput dari pengawasan orang tua. Padahal kadang games sarat dengan unsur kekerasan dan agresivitas yang memicu munculnya perilaku-perilaku agresif dan sadistis pada diri anak," katanya. Kecanduan bermain internet pada anak bisa dihindari sejak awal, jika sejak awal orangtua mampu memberi pengertian dan pemahaman tentang segala dampak dari penggunaan berbagai situs yang dapat dengan mudah diakses.

Penyimpangan itu ada, akses yang sangat bebas dan pemikiran yang dangkal akan mempercepat munculnya penyimpangan tersebut. Cegahlah sebelum ini terlalu sulit untuk dihentikan.







Sumber:
http://cyberman.cbn.net.id/cbprtl/common/ptofriend.aspx?x=Hot+Topic&y=cyberman|0|0|10|93

Tidak ada komentar: