12 November, 2008

Pahlawan Idol

SETIAP kali menginjak tanggal 10 Nopember, penulis, Anda, terutama bangsa Indonesia diingatkan dengan yang namanya pahlawan. Setiap kali itu pula penulis teringat akan sosok pahlawan yang dulu berjuang demi tegaknya negara kesatuan Republik Indonesia. Yang terbayang penulis dari sosok pahlawan adalah orang yang menyandang bambu runcing, kepala diikat dengan warna merah putih, celana pendek, baju lengan pendek pula yang di kedua sisinya ada sakunya. Kalaupun kepalanya tidak diikat oleh kain merah putih, sosok pahlawan itu mengenakan topi serupa peci namun bentuknya seperti yang kini kerap dikenakan oleh TNI. Atau topi seperti yang dikenakan menir-menir Belanda seperti yang penulis lihat di buku 30 Tahun Indonesia Merdeka (masih ada enggak ya buku ini?).

Namun dari sekian banyak sosok pahlawan selain Panglima Sudirman yang dirasa cukup untuk mewakili sosok pahlawan dalam benak penulis ketika ditanya sosok pahlawan nasional Indonesia, sejak dulu hingga saat ini. Yang terbayang adalah sosok Bung Tomo. Dan setiap kali teringat Bung Tomo, ingat pula tanggal 10 Nopember sekaligus ingat Hari Pahlawan. Tapi, entahlah, aneh juga sejak wafat 7 Oktober 1981 di Mekah, baru 10 Nopember 2008 Bung Tomo mendapat predikat pahlawan nasional bersama Mohammad Natsir .

Penulis pikir, siapa pun di negeri ini akan berpikiran sama setiap kali tanggal 10 Nopember akan teringat Hari Pahlawan yang dibelakangnya diikuti dengan kisah heroik Bung Tomo. Ya, mungkin memang benar apa yang kerap dikatakan orang, kalau isi tiap kepala memang selalu berbeda. Padahal penulis sendiri secara bergurau dan tak mau kalah kerap membalas ungkapan itu dengan mengatakan, siapa bilang isi kepala orang berbeda? Isi kepala orang itu otak! Untuk lelaki dewasa rata-rata berat otaknya 1.375 gram (49oz). Otak novelis Rusia Turgenev, beratnya 2.021 gram (71oz), Otaknya Bismarck beratnya 1.807 gram (64oz), sedangkan negarawan Prancis yang terkenal Gambetta, berat otaknya hanya 1.294 gram (46oz). Begitupun halnya dengan otak Einstein ternyata ukurannya rata-rata saja. Ukuran otak wanita sedikit lebih kecil dibanding otak pria. Ukuran otak wanita terbesar yang pernah tercatat seberat 1,742 gram (6oz). Sedangkan otak-otak dari ikan tenggiri yang dijual di warung depan kantor penulis harganya naik yang tadinya Rp 2 ribu perak sekarang jadi Rp 5 ribu. Kenapa naik, penulis tidak tahu tapi mungkin ada hubungannya dengan krisis yang terjadi di Amerika. Yang jelas, Anda sekarang jadi enggak beli otak-otaknya? Kalau enggak ya sudah, tak mengapa.

Kembali ke masalah Bung Tomo dan M Natsir. Salah satu alasan keduanya meraih penghargaan, Bung Tomo dikenal sebagai tokoh pertempuran 10 November 1945 di Surabaya. Sementara M Natsir, dikenal selain sebagai mantan Perdana Menteri juga pernah mendirikan Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia, PRRI.

Penulis pikir, di zaman sekarang tak sedikit orang-orang yang layak mendapat predikat pahlawan. Hanya untuk mendapatkan predikat pahlawan nasional seperti halnya Bung Tomo atau M Natsir mungkin harus melalui kriteria-kriteria tertentu. Hingga bertahun-tahun. Entah yang berhak menilai itu siapa? Bisa jadi, besok lusa digelar reality show dengan judul pahlawan idol guna mencari sosok pahlawan ideal agar terkesan lebih valid sekaligus juga masyarakat bisa langsung menilai cocok tidaknya. Termasuk lewat sms dan penyaringan di sejumlah daerah. Yang jelas, sosok juri yang menilai pun kita bisa tahu. ***

Tidak ada komentar: