31 Agustus, 2008

Salahnya Tangkap, Tangkapnya Salah

ADA apa dengan salah? Ada apa dengan tangkap? Ini bukan judul film terbaru sekuel dari film Ada Apa Dengan Cinta bikinannya Mira Lesmana. Tapi, itulah kurang lebih bunyi pertanyaan yang melingkar di dalam benak kita belakangan ini. Begitu melingkarnya pertanyaan itu membuat kita lupa untuk menjawabnya. Itu pun entah ada ataupun tidak jawaban yang dimaksud. Yang jelas seiring dengan munculnya kasus baru yaitu pengakuan Ryan, jagal dari Jombang yang menghabisi sebelas orang. Pria kemayu bernama lengkap Very Idham Henyansyah ini lagi-lagi bikin orang mengurut dada. Ia mengaku telah membunuh Asrori alias Aldo yang belakangan disebut-sebut sebagai Mr X (kenapa tidak Mr U, Mr N, atau Mr Z?), salah seorang korbannya Ryan.

Sementara itu, jauh sebelum kasus Ryan mengemuka. Nun jauh di tempat dan lokasi yang berbeda, kasus pembunuhan Asrori sendiri sudah berlangsung dan hampir beres. Tiga tersangkanya sudah tertangkap, dua diantaranya digelandang ke penjara dengan hukuman masing-masing Devid Eka Priyanto divonis 12 tahun dan Imam Hambali alias Kemat divonis 17 tahun. Sedangkan satu tersangka, Maman Sugianto alias Sugik masih dalam proses pengadilan.

Awalnya tak ada sangkutpaut antara kedua kasus tersebut. Tak ada pautsangkutnya sama sekali. Bahkan
Sang kut dan pa ut tidak saling ber. Karuan pengakuan Ryan yang mengatakan, dirinyalah pembunuh Asrori sesungguhnya membuat kaget semua yang mendengarnya. Semua orang dibikin puyeng. Termasuk saya yang menuliskannya untuk Anda. Semua kena dampaknya. Baik-buruknya. Positif-negatifnya dengan mengemukanya kasus Ryan yang kini berdampingan dengan kasus Asrori.

Di satu pihak, dampaknya dirasakan mulai dari Dedy Soetomo yang dibikin puyeng karena sebagai ketua dari komunitas gay Indonesia kebanjiran tawaran menjadi pembicara di seminar-seminar, kampus, sampai ke acara di sejumlah televisi. Meski beberapa diantaranya kena cekal. Pasalnya, Ryan ternyata laki-laki yang menyukai pria ketimbang wanita. Nah, entah bagaimana asal mulanya. Yang jelas dengan adanya kasus Ryan ini, secara tak langsung membuka mata hati kita untuk melihat kenyataan. Bahwasannya, selama ini di Indonesia juga ada komunitas laki-laki yang menyukai laki-laki lagi. Termasuk perempuan yang menyukai perempuan lagi. Sesama jenis kelamin. Bukannya kelamin yang menyukai jenis kelamin lain seperti biasanya. Normalnya sih seperti itu. Atau biasanya kelamin lain menyukai kelamin berjenis.

Keluarga Ryan di Jombang dibikin puyeng dengan berbagai pertanyaan kepada mereka. Mulai dari menjawab pertanyaan wartawan, tetangganya yang berlagak seperti wartawan tanya ini-itu, itu-ini. Sampai harus meladeni dan menjawab pertanyaan dari orang yang berlagak sekaligus mengaku sebagai wartawan yang pulangnya suka minta diongkosi kalau mampir ke instansi-instansi. Tapi, kali ini mereka tak mau minta ongkos. Mungkin takut dimutilasi sama Ryan.

Yang tak kalah puyeng, para petugas kepolisian. Dan mungkin, bisa jadi! Merekalah sebenarnya yang super paling sangat amat dibikin puyeng dengan adanya kasus Ryan. Saking amat teramat sangatnya, salah duanya (yang salah satunya adalah pembunuhan mutilasi) tuduhan salah tangkapnya tersangka pembunuh Asrori.

Karena Ryan secara jujur mengakui dialah pembunuh sebenarnya dari Asrori. Adapun salah satu mayat yang ditemukan di rumahnya dan disebut-sebu sebagai Mr X itu sebenarnya Asrori. Kita semua dibikin bingung. Keluarga Asrori pun jadi ikut bingung, lantas mayat yang telah mereka kubur belum lama ini, mayat siapa? Hingga tulisan ini ditulis, baik mayat si Mr X maupun mayat yang semula diduga mayat Asrori oleh keluarganya tengah di tes Deoxyribonucleuic Acid. Pasti bingung? Itu adalah tes atas molekul sel yang terdiri dari sel, protein, dan molekul RNA yang menjadi dasar dan fungsi dari seluruh makhluk hidup, organisme, dan virus yang memiliki kode berbeda antara satu dan yang lainnya. Saya saja sampai puyeng menuliskannya dan tak tahu maksudnya. Tapi, yang jelas, bahasa gampangnya kedua mayat itu tengah di tes DNA. Mungkin DNA lebih mudah dicerna, meskipun saya jamin sebagian pembaca tetap saja tidak mengerti.
Sama tidak mengertinya dengan saya. Mudah-mudahan bapak-bapak polisi yang tengah bertugas di lapangan yang terkait kasus ini mengerti.

Baiklah, untuk kelanjutan dari tulisan ini, anggaplah kita semua mengerti tentang masalah DNA.
Sebenarnya yang mau saya sampaikan di sini adalah masalah salah tangkapnya itu. Soalnya, bukan mau mengorek-ngorek kesalahan dari aparat kepolisian. Tapi, ini adalah preseden buruk bagi lembaga aparat hukum, khususnya jajaran kepolisian Republik Indonesia tercinta ini. Bukan apa-apa. Dalam waktu berdekatan telah terjadi beberapa kejadian salah tangkap.

Kesalahan identifikasi ini dianggap sejumlah kalangan sebagai kesalahan fatal. Sebab bisa menyeret orang yang tidak bersalah ke penjara. Parahnya, kasus salah tangkap ini bukan kali ini saja terjadi. Sebut saja kasus Sengkon-Karta serta beberapa kasus pembunuhan di Jambi, Kalimantan, Medan, dan Bekasi. Kesalahan seperti ini terjadi karena polisi, dalam hal ini petugas di satuan serse masih mengandalkan pengakuan tersangka dan saksi-saksi. Bukan berdasarkan bukti-bukti yang menguatkan untuk menentukan tersangka.

Dan kesalahan semacam ini sudah sering terjadi di sejumlah polres di Indonesia. Akibatnya banyak orang yang tidak bersalah dihukum. Tentang pertanyaan bisakah Polri digugat? Jawabannya, menurut salah seorang pengamat kepolisian Bambang Widodo Umar, tentu saja bisa. Pasalnya, kekeliruan itu berakibat pelanggaran HAM dan mencemarkan nama baik. Selain itu korban juga bisa menuntut secara perdata karena kesalahan identifikasi tersebut. ***

TAMBAHAN:
Ada Apa dengan Cinta? adalah sebuah film Indonesia karya Rudi Soedjarwo yang diluncurkan pada 2002 dan dibintangi Nicholas Saputra dan Dian Sastrowardoyo. Sutradara Rudy Soedjarwo, produser Mira Lesmana dan Riri Riza. Penulis Jujur Prananto, Prima Rusdi, Rako Prijanto.


www.kelascinta.blogspot.com
www.kelascinta.multiply.com
www.friendster.com/kelascinta
www.bener.deh@gmail.com

Tidak ada komentar: