26 Desember, 2008

Sex Suami Istri

PRIHATIN jika menanggapi di beberapa forum diskusi yang membahas permasalahan dalam urusan sex suami istri. Tak sedikit dari mereka, setelah melempar permasalahan ke forum itu malah jadi tambah pusing bukan jalan keluar yang didapat. Begitupun ada pihak-pihak yang malah menyengaja 'terjun' ke arena 'peperangan' untuk memperkeruh suasana dengan menawarkan dirinya sebagai 'jalan keluar' alih-alih menjadi pemuas baik itu bagi suami atau istri yang tengah dirundung masalah sex.

Tak ada maksud untuk menggurui, semata hanya urun rembug bagi siapa saja yang membaca tulisan ini. Boleh menyangkal, menambahkan, atau memberi pandangan lain. Itu lebih baik. Jadi, semakin banyak sahabat cinta yang memberikan pandangan positif dalam tulisan ini akan semakin lebih baik. Terutama bagi sahabat cinta yang memang tengah membutuhkan spirit dan motivasi dalam kehidupan sex-nya.

Kunci dari sex suami istri hanya satu, komunikasi. Apa pun itu permasalahan yang melingkupinya hendaknya dikomunikasikan. Tidaklah salah, bila orang tua kerap mengingatkan mereka yang telah berkeluarga. Hendaknya, permasalahan setiap pasangan itu tidak boleh sampai keluar dari ruang kamar. Lebih spesifiknya lagi, jangan sampai keluar dari tempat tidur. Memang benar adanya. Suami harus berjiwa besar dan bijaksana dalam menyikapi permasalahan yang ada terlebih yang notabenenya suami itu sebagai pemimpin dalam keluarga. Harus lebih bisa mengomunikasikan segala sesuatu dalam urusan rumah tangga, terutama dalam masalah sex yang bagi sebagian masyarakat Indonesia (tetap) dianggap tabu. Istri pun demikian halnya, harus memahami posisinya sebagai pasangan hidup yang sekaligus menjadi pasangan diskusi dalam berumah tangga. Dalam urusan rumah tangga, khususnya sex, tidak ada siapa dulu yang harus memulai. Harus bisa memainkan peran memberi dan menerima.

Dalam urusan sex, tidak ada istilah semestinya si istri harus pasrah atau suami harus lebih agresif. Jangan merasa malu. Toh suami atau istri itu bukan siapa-siapa, dia adalah belahan jiwa yang sepenuhnya menjadi surga buat pasangannya. Jadi, buat apa malu? Ada masalah atau lebih tepatnya 'gangguan' sedikit saja. Alangkah baiknya dibicarakan dari hati ke hati. Saya tidak setuju bila urusan atau masalah yang sangat pribadi, dalam hal ini masalah hubungan suami istri sampai ada pihak ketiga. Ingat! Apa pun masalahnya, jika sudah ada pihak ketiga. Nanti menyusul ada keempat, kelima, ketujuh, kedelapan, ... (hitung sendiri deh!). Entah bisa dikatakan sebagai hukum alamnya demikian atau tidak, yang jelas dari peristiwa-peristiwa yang mengemuka sejauh pengamatan saya memang demikian adanya. Masalah jadi ruwet setelah salah seorang, mau itu suami atau istri meminta advice kepada pihak ketiga. Yang ada, ujung-ujungnya bukan advice yang didapat tapi 'service'dari pihak ketiga, keempat, dan seterusnya.

Adanya gangguan yang cenderung menjadi masalah dikemudian hari hanya gara-gara tidak nyaman dalam masalah sex berimbas kepada hadirnya orang ketiga. Bahkan mungkin jadi keempat, kelima, keenam.. (silakan teruskan sendiri berhitungnya!). Trennya sekarang semula hanya karena tidak nyaman dalam urusan sex dengan suami atau istrinya akhirnya mencari orang lain sebagai 'pelampiasan'-nya.

Tidak bisa disalahkan memang. Tapi bukan berarti selingkuh adalah menjadi solusinya juga. Tak sedikit sekarang, baik itu suami atau istri yang akhirnya memutuskan sendiri dengan berselingkuh untuk memenuhi kebutuhan sex-nya. Apalagi tak jarang mereka yang 'terlibat' di dalamnya pada akhirnya mengambinghitamkan zaman sebagai penyebabnya. Maksudnya, orang yang berbuat selingkuh itu kerap mengatakan salah satu alasan kenapa dia selingkuh. "Karena zaman sekarang, peluang orang untuk berselingkuh cukup terbuka!" Ya begitu. Zaman yang jadi kambinghitam.

Tidak menyalahkan jika saja ada diantara sahabat cinta yang berpikiran seperti itu. Sah-sah saja. Toh, tulisan saya ini bukan untuk menggurui apalagi dijadikan sebagai patokan. Hanya saja, saya memiliki pandangan lain, pandangan positif, sayang sekali para suami atau istri yang memilih jalan selingkuh tersebut ketimbang mengomunikasikannya dengan pasangannya. Padahalnya lagi. Seandainya para suami atau istri yang 'tertarik' berselingkuh itu mau menahan barang sedikit saja 'barangnya' untuk bisa membicarakannya terlebih dahulu dengan pasangannya. Tentu kenikmatan yang akan didapat kelak saat berhubungan setelah selesai membicarakan apa yang menjadi masalah dalam hubungan sex mereka, akan terasa lebih nikmat, indah, dan mengasyikan ketimbang berselingkuh.

Mulailah dari diri sendiri! Saya berpandangan demikian. Bila ada masalah dalam sex dengan pasangan sahabat cinta. Mulailah dari diri sendiri, bertanya ada apa? kenapa? Ajak bicara pasangan sahabat cinta dengan penuh kelembutan, pikiran terbuka, dengan penuh cinta, tenang, bijaksana, tanpa tendensi menuduh siapa yang salah karena hubungan sex sahabat cinta terganggu.

Beri sedikit kesempatan kepada hati sahabat cinta dan pasangan sahabat cinta untuk 'bercinta' lewat kata-kata. Bermesraan dengan untaian kalimat yang indah. Hingga permasalahan yang menyangkut urusan sex itu bisa terselesaikan sedikit demi sedikit. Syukur-syukur bisa selesai semua. Saya memiliki pandangan, bahwa semua orang memiliki masalah sex. Hanya pada gilirannya ada yang bisa terselesaikan dengan baik dan ada yang tidak. Ingat! Hindari orang ketiga! Selesaikan apa pun permasalahan sahabat cinta dan pasangan sahabat cinta terutama masalah sex berdua saja. Tidak perlu ada campur tangan orang lain. Sabar! Yakin! Tidak selesai dan tuntas hari ini, masih ada hari esok. Perlahan dan yakinlah, semua akan baik-baik saja. Yang jelas, jangan lupa pula bersyukur pada Tuhan kalau sahabat cinta memiliki pasangan yang sahabat cinta cintai sepenuh hati.***


* Sahabat Cinta = sapaan akrab bagi anggota diskusi kelas cinta atau pembaca.















































Tidak ada komentar: