17 April, 2008

Nonton Sinetron, Remaja Jadi Rentan Konflik

SINETRON yang ditayangkan di stasiun televisi sebagian besar berkiblat pada kebudayaan metropolitan ternyata mempunyai pengaruh negatif bagi remaja yang sering menontonnya, dan bahkan mereka rentan terhadap konflik.

"Jika mental dari para remaja kita di daerah belum siap terhadap pengaruhnya, tidak hanya rentan terhadap konflik tetapi juga mereka akan salah dalam pergaulan dan bersikap, kehilangan identitas pribadi, dan sulit menyesuaikan dengan komunitas di tempatnya," kata seorang pakar kebudayaan populer Universitas Diponegoro (Undip) Semarang, Drs. Redyanto Noor, M.Hum., di Semarang, Selasa, (15/4/2008).

Saat ini, kata dia, sinetron-sinetron remaja yang ditayangkan di televisi sebagian besar berkiblat pada kebudayaan kota metropolitan Jakarta, yang berkolaborasi dengan kemajuan media massa elektronik sehingga penayangannya sampai ke daerah-daerah.

Redyanto sendiri menyatakan tidak setuju dengan adanya penayangan sinetron tersebut karena yang ditampilkan tak seragam, seolah ada pengakuan bahwa remaja yang modern itu harus seperti yang ada di Jakarta.

"Padahal pengertian modern itu kan lebih ke cara berpikir remaja itu sendiri," katanya.

Ia memprediksi penayangan sinetron itu akan mengakibatkan evolusi kebudayaan yang akan mengubah kebudayaan-kebudayaan di daerah secara perlahan. Bahkan, kata dia sekarang yang terjadi adalah revolusi yang cepat, bukan hanya evolusi yang perubahannya berlangsung secara perlahan.

"Mula-mula yang diubah dari remaja-remaja di daerah itu adalah penampilan, seperti pakaian, model rambut, konsumsi makanan, dan kendaraan," katanya.

Namun, di sisi lain diakuinya bahwa tidak semua sinetron yang berbau kebudayaan metropolitan itu berdampak buruk. Ada pula sisi positifnya, yakni remaja-remaja di daerah menjadi lebih berpeluang untuk mengembangkan pengetahuan yang hampir tanpa batas dengan adanya penayangan sinetron yang menampilkan kemajuan teknologi.


sumber: kapanlagi.com

Tidak ada komentar: